Informasi menguatkan Persepsi



Pekan kondom Mentri Kesehatan
Kondom adalah alat kesehatan kontrasepsi KB untuk laki-laki. Bicara tentang kondom, biasanya persepsi akan mengarah pada hubungan seksual. Apalagi dengan dicanangkannya kondomisasi oleh MENKES (Mentri Kesehatan). Bagaiman menurut kalian dengan gagasan tersebut? Dengan hanya informasi adanya pekan kondom nasional dari tanggal 1-7 desmber 2013 untuk memperingati hari HIV Aids Nasional, menimbulkan banyak persepsi dan prasangka dari masyarakat. Apalagi sebagian besar penduduk Indonesia adalah muslim. Karena pekan kondom tersebut kesan awalnya terdengar malah menganjurkan seks bebas. Memang tidak ada salahnya, jika dengan hanya informasi ada pembagian kondom kepada masyarakat kemudian kita para masyarakat langsung menghujat atau menentang MeNKES untuk mencanangkan gagasannya tersebut. karena sebagai seorang muslim saya juga sangat menentang pembagian kondom tersebut jika memang tujuannya adalah menganjurkan seks bebas. Karena dalam Islam sudah jelas hukumnya bahwa zina dilarang keras dan termasuk dalam dosa besar. Zina adalah dosa yang sangat besar dan sangat keji serta seburuk-buruk jalan yang ditempuh oleh seseorang berdasarkan firman Allah dalam kitabNya, “Artinya : Dan janganlah kamu mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu adalah faahisah (perbuatan yang keji) dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh oleh seseorang)” [Al-Israa : 32]
Sebenarnya bagaimana cara kita menanggulangi orang-orang yang terkena HIV AIDS dan yang gila free sex? Masih ingatkah dulu ada sebuah riwayat pada zaman Rasulullah, riwayat itu mengisahkan bahwa ada seorang sahabat yang tidak bisa meninggalkan zina walau hanya sehari. Kemudian beliau mendatangi Rasulullah untuk mencari solusi atas perbuatan buruk yang ia lakukan selama ini. Setelah menyampaikan keluh kesahnya kepada Rasulullah, Rasulullah pun memberikan solusinya yaitu “baiklah, teruslah berzina, tetapi setiap kau bertemu denganku maka katakanlah dengan sejujurnya berapa kali kau telah berzina pada saat itu,” solusi ini adalah solusi sangat mengejutkan menurut sahabat tersebut. Setelah itu, sahabat tad pun meninggalkan Rasulullah.
Pada hari berikutnya, sahabat yang suka zina itu bertemu dengan Rasulullah kemudian ia melaporkan beberapa kali ia telah melakukan zina. Begitu pun dengan hari-hari seterusnya. Semakin berkurang dan berkurang lah prilaku sahabat tersebut. Setelah lama seperti itu, sahabat itu pun merenungkan diri. Apakah saya akan terus hidup seperti ini? Apakah tidak malu setiap bertemu dengan baginda Nabi, hanya melaporkan berapa kali saya berzina?  Saya ingin sekali mengatakan bahwa saya tidak berzina hari ini dan bahwa saya tidak berzina lagi ketika bertemu dengan Rasulullah. Dengan bekal jujur, sahabat itu pun benar-benar tidak melakukan zina lagi. Ia benar-benar bertaubat atas prilaku buruknya itu.
Pada suatu hari, ia bertemu dengan Rasulullah dan dengan bangga mengatakan bahwa ia tidak berzina lagi, bahwa ia telah meninggalkan perbuatan buruknya itu. Dan telah kembali ke jalanNya.
Dari kisah ini, kita mendapatkan informasi bahwa seorang yang sudah kecanduan butuh proses untuk meninggalkan sesuatu yang membuatnya candu. Betapa bijaksananya Rasulullah menghadapi seorang sahabat yang memiliki prilaku buruk tersebut. Nah, seharusnya MENKES menginformasikan masyarakat seperti ini agar tidak menimbulkan salah paham atau prasangka. 

NB: Maaf jika ada kesalahan struktur/tata bahasa yang saya gunakan ^_^

0 komentar:

Posting Komentar

 

Flickr Photostream

Twitter Updates

Meet The Author