Orang yang memiliki tingkat penghargaan diri yang tinggi biasanya memiliki pemahaman yang jelas tentang kualitas personalnya. Mereka menganggap diri mereka punya tujuan yang tepat, dan menikmati pengalaman pengalaman yang positif. Begitu juga sebaliknya, orang yang memandang rendah dirinya sendiri kurang memiliki konsep diri yang jelas, sering memilih tujuan yang kurang realistis bahkan tidak memiliki tujuan yang pasti, pesimis dalam menghadapi masa depan,mengingat masa lalu secara negatif, dan lebih mudah kena depresi atau berpikir terlalu mendalam saat mereka menghadapi stres atau kekalahan, dan akhirnya melakukan hal-halyang negatif seperti memakai narkoba, minum-minuman keras dll.
Tetapi banyak hal yang sangat mudah seseorang dapat terpengaruh oleh lingkungannya ataupun yang sedang banyak dibicarakan oleh masyarakat. Setiap rumah dari kalangan perekonomian menengah-atas telah menjadikan televisi sebagai salah satu media tontonan utama di rumah. Bahkan, rumah tangga dari keluarga yang perekonomiannya kelas bawah pun, kini juga sudah menjadikan televisi sebagai kebutuhan. Efek yang timbul bisa berupa efek positif maupun efek negatif, tergantung jenis tayangan yang sering disaksikan dan cara pengendalian diri individu tersebut. Beragam dampak yang terjadi pada individu akibat tontonan yang ia saksikan. Individu sangat rentan terpengaruh oleh tayangan-tayangan televisi yang ada. Salah satu faktornya adalah dari tayangan televisi itu sendiri. Tayangan televisi memiliki potensi untuk diobservasi, sehingga menimbulkan sikap observational learning dari individu terhadap tayangan tersebut. Observasional learning adalah suatu proses pembelajaran yang terjadi ketika seseorang mengobservasi dan mengimitasi sebuah tingkah laku. Biasanya anak anak yang sangat rentan terpengaroh oleh film-film yang di tontonnya contohnya Film kartun, walaupun berbasis film kartun yang identik dengan tayangan untuk anak-anak, tetapi banyak alur cerita dari film kartun yang tidak mendidik bahkan merusak moral. Contohnya seperti tayangan, sebut saja tayangan “x” yang menceritakan tokoh utama yang berkelakuan seperti orang dewasa, nakal dan suka perempuan.Tokoh tersebut dianggap lucu oleh anak-anak yang menonton karena cara penyajian cerita dengan menonjolkan tingkah yang lucu dari si tokoh tersebut. Namun, kelakuan-kelakuan si tokoh kartun ini sangat berbahaya dipertontonkan kepada anak-anak, karena mereka belum bisa menjembatani diri dari dampak media massa yang mereka nikmati. Dan masih banyak tayangan kartun sekarang ini merupakan film-film percintaan yang ditayangkan berbasis kartun. Peran orang tua sangatlah penting dalam hal ini, untuk lebih memperhatikan anaknya dalam mengerjakan sesuatu. Bukan hanya anak-anak saja yang mudah terpengaruh,Terkadang orang dewasa maupun para remaja saat ini sangat mudah untuk meng imitasi ataupun mengikuti style orang barat yang biasanya disebut westernisasi yang men contoh budaya barat, misalnya mingikuti gaya rambut yang di warna, atau menggunakan kontak lens sebagai pamer agar mata terlihat seperti orang barat yang berwarna warni. Wajar jika seorang remaja melakukan hal tersebut, ia berfikir bahwa kita sudah beranjak dewasa dan mau tak mau harus bisa mengambil
keputusan sendiri dengan konsisten. Tetapi setiap orang memiliki pandangan yang berbeda-beda dengan hal tersebut, ada yang berfikir negatif maupun positif.
Jadi sikap mudah dipengaruhi itu sebenarnya adalah sebuah mekanisme pertahanan diri. Hal ini jamak ditemui pada mereka-mereka yang punya keyakinan diri yang rendah. Mereka pikir diri mereka punya nilai yang rendah, sehingga orang lain itu lebih baik dan layak untuk didengar. Seringkali ini diakibatkan oleh pengalaman-berulang dan didikan masa kecil, yakni ketika seseorang jarang diberi dukungan, tidak pernah diberi kesempatan untuk mengambil keputusan sendiri (baju dan perlengkapan pribadi selalu dipilihkan dan dibelikan misal), sering dimarahi dan disalah-salahkan atas keputusan yang dia ambil, maka itu bisa membuat seseorang pada akhirnya menjadi rentan pada pengaruh orang lain. bisa jadi ini diawali dengan ketidak tahuan akan potensi dan tendensi diri sendiri. Bila disebut secara umum, ini karena yang bersangkutan memiliki konsep diri yang masih lemah. Belajarlah untuk memberi ruang pada diri Anda sendiri dalam pengambilan keputusan. Ini diawali dengan melatih otot konsistensi Anda pada keputusan pribadi yang telah diambil. Coba buat keputusan-keputusan kecil, lalu paksa diri untuk konsisten atasnya, dan jadikan beberapanya sebagai penanda. Sehingga manakala Anda membuat keputusan untuk diri Anda sendiri, potensi Anda untuk tidak terpengaruh jadi lebih besar. Dan yang lebih penting kenali diri anda dengan baik Semakin Anda tahu siapa diri Anda, apa-apa yang terbaik bagi Anda, nilai-nilai utama yang bersifat unik, tendensi bakat, minat dan kompetensi, maka Anda jadi lebih baik mengambil dan menjalani keputusan, serta tidak tergoda untuk mengikuti jalan orang lain dan menjadi siapa-siapa yang bukan diri Anda.
Nama : Eka Yuli Susanti
NIM : 12410167
0 komentar:
Posting Komentar