Dari mana asalnya, Mas ???



Setiap hari kita menjumpai berbagai macam orang yang berbeda-beda, baik itu berbeda dalam segi psikis maupun sosialnya. Karena tidak akan ada manusia yang sama persis dalam kedua hal tersebut, sehingga perbedaan-perbedaan itu memunculkan keunikan dari manusia itu sendiri. Didalam kita memandang dan memperhatikan orang lain pun kita memiliki beberapa pendapat masing-masing. Kesan-kesan yang kita dapati dan terima dari orang lain juga berbeda, disebabkan keunikan mereka itu. Dari judul diatas yang berupa kalimat tanya itu, dapat menimbulkan beberapa kesan dari orang yang kita tanyai. Kesan pertama yang timbul ketika kita baru pertama kali berkenalan dan mengetahui latar belakang sosial seseorang, dapat menimbulkan berbagai macam pemikiran dan persepsi, entah itu persepsi baik maupun persepsi buruk.
Ketika kita duduk di bangku kuliah, kita mulai mempunyai teman-teman yang berasal dari berbagai macam daerah di indonesia ini, mungkin ada pula yang berasal dari luar negeri. Disaat pertama kali berkenalan pertanyaan yang sering kali kita tanyakan selain nama adalah daerah atau tempat asal dari seseorang  yang akan kita ajak untuk kenalan. “Dari mana asalnya, Mas ?” “Datang dari mana ?” “Asli mana ?”, mungkin salah satu dari pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang sering muncul dibenak kita. Dan kesan-kesan yang timbul dari jawaban-jawaban tersebut juga berbeda-beda,  karena kesan dan prasangka masyarakat terhadap suatu daerah juga berbeda-beda sehingga menimbulkan berbagai macam persepsi yang berbeda-beda pula. Sebagai contoh, orang yang datang atau berasal dari suatu daerah yang mana daerah itu telah dikenal sebagai daerah yang masyarakatnya ramah-ramah dan sopan-sopan, maka orang lain akan memberikannya kesan atau penilaian bahwasanya orang-orang yang berasal dari daerah tersebut sopan-sopan, tutur katanya halus, lemah lembut dan tidak terlalu kasar. Lain halnya jika kita mendengar bahwasanya orang yang kita tanyai tadi, berasal dari daerah yang sebaliknya, daerah yang terkenal masyarakatnya kasar atau kurang dalam hal ramah tamah berkomunikasi. Maka kesan pertama yang lahir di benak kita adalah bahwasanya orang tersebut  juga sedikit kasar, temperamen, susah diajak komunikasi dan lain-lain.
Kesan-kesan itulah yang biasanya timbul dibenak masyarakat. Kesan awal yang timbul ketika pertama kali bertemu atau berkenalan dengan individu atau kelompok lain. Cara pandang setiap masyarakat yang berbeda-beda dan adat istiadat setiap daerah yang menjadi pemicu dari timbulnya kesan berbeda dari masing-masing individu. Tidak semua kesan pertama yang timbul itu benar, karena tidak semua orang juga seperti itu. Akan tetapi karena sudah menjadi kesan umum di mata masyarakat, dan sudah seperti mendarah daging di kalangan kita, sehingga seakan-akan kesan itu sudah menjadi “stempel” atau cap bagi orang tersebut.  Semisal , ada orang yang berasal dari suatu daerah yang mana daerah tersebut terkenal dengan masyarakat yang sedikit kasar. Padahal orang tersebut termasuk orang yang baik-baik, akan tetapi ketika ia bersosialisai dengan masyarakat daerah lain dan masyarakatnya memandang bahwasanya orang tersebut merupakan orang yang kasar dan kurang sopan karena dia berasal dari daerah tadi, maka orang tadi sudah merasa tertekan terlebih dahulu. Karena ia merasa bahwa dirinya seakan-akan sudah diberi “label” sebagaimana daerah asalnya, sehingga hal ini bisa merubah sikap dan perilaku orang tersebut didalam menyikapi permasalahan tadi. Pada awalnya ia sudah berniat baik untuk bersosialisasi dengan masyarakat lainnya, tetapi karena sudah diberi label jelek pada awalnya, sampai-sampai ia melakukan penyimpangan sosial yang bisa merugikan dirinya sendiri maupun masyarakat luas.
Tidak hanya dari aspek sosialnya saja yang perlu dikaji kembali didalam menangani permasalahan seperti itu, sudut pandang psikis dari masing-masing individu juga harus diperhatikan kembali. Bagaimana cara individu itu menyikapinya, dan bagaimana keadaan mental suatu kelompok juga harus mendapat perhatian lagi. Karena satu masalah bisa menyulutkan permasalahan lainnya dan hal ini yang paling tidak kita inginkan. Tindakan individu bisa mempengaruhi individu lainnya bahkan bisa mempengaruhi kelompok. Begitu pula problem-problem lainnya juga yang tidak hanya kita pandang dari segi sosial, aspek psikis juga sangatlah mempengaruhi pola tingkah laku individu dan kelompak pada masyarakat.  
Oleh karena itu, kedua hal ini, psikis dan sosial, harus bisa berjalan dengan seimbang dan berkesinambungan. Agar problem solving-nya bisa didapat dan dapat melakukan tindakan preventif yang baik. memang, mencegah lebih baik dari pada mengobati, tetapi bukan berarti ketika kita sakit dan mengobatinya itu buruk. Justru yang lebih buruk adalah jika tidak mau mengobatinya sama sekali. Usaha awal kita adalah melakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi permasalah-permasalahan baik itu secara psikis maupun sosial. Dan jika masih timbul masalah, maka penanganannya harus segera dilakukan dan diterapkan dengan efektif.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Flickr Photostream

Twitter Updates

Meet The Author