Setiap hari kita selalu melintasi jalan raya. Berbagai macam hal kita lihat dan kita perhatikan. Berlalu lalangnya kendaraan di jalan; mobil, sepeda motor, dan lain-lainnya. Setiap orang yang berjalan dengan segala model dan gayanya, kesana kemari dengan berbagai macam kepentingannya. Belum lagi suara-suara yang terdengar telinga kita ini. Bercampur aduk, saling bertindih untuk kita dengar dan perhatikan. Semua hal itu hampir kita rasakan didalam kehidupan kita sehari-hari. Baik kita sadari maupun tidak, kita tidak bisa terlepas dari berbagai macam "warna-warni" kehidupan ini. Segala hal yang ada di sekitar kita, tidak bisa kita pisahkan dari diri kita.
Hidup bermasyarakat bukan hanya sekedar tuntutan belaka, akan tetapi hal tersebut sudah menjadi kebutuhan bagi masing-masing individu yang hidup. Tanpa mereka kita hanya hampa. Keluarga, tetangga, masyarakat desa, teman sekolah dan berbagai macam masyarakat lainnya, merupakan pengawal dan pembesar diri kita. Dengan beragamnya tadi, maka diantara kita pasti mempunyai beragam pandangan pula mengenai mereka itu. Persepsi atau anggapan kita yang beragam itu adalah hal yang wajar, karena masing-masing individu juga mempunyai kemampuan kognitif yang berbeda pula. Sehingga dari sini timbul berbagai macam persepsi sosial dari setiap individu yang hidup bermasyarakat.
Persepsi sosial ini bukan hanya sekedar cara kita memandang, menafsirkan dan memaknai suatu objek materi saja. Akan tetapi persepsi sosial lebih mengarah kepada bagaimana kita mempersepsikan (memandang, menafsirkan, dan memaknai) objek sosial yang ada disekitar kita. Individu atau kelompok sosial, struktur sosial, jenis masyarakat sosial dan lain-lainnya. Objek sosial seperti itu selalu kita jumpai didalam keseharian kita bermasyarakat dengan lainnya. Dan cara mempersepsikannya berbeda antar individu. Persepsi atau pandangan masyarakat mengenai profesi, gaya hidup, pola masyarakat, nilai dan normanya berbeda-beda. Faktor sejarah dan budaya juga mempunyai andil yang besar didalam membangun persepsi sosial itu. Selain itu pandangan mayoritas mempunyai keterkaitan pula. Pada dasarnya, setiap profesi adalah sah-sah saja, selagi tidak melanggar hak asasi manusia. Akan tetapi, jika kita hidup di suatu negara yang terkenal dengan ciri khasnya (negara agraris), maka hal ini akan mempengaruhi cara orang yang ada didalamnya untuk berpersepsi sosial, dengan persepsi mayoritas.
Persepsi sosial sendiri adalah cara pandang kita terhadap lingkungan sosial disekitar kita. Entah itu baik atau buruk, benar atau salah. Akan tetapi kita juga harus bisa menengahi setiap apa yang telah kita persepsikan. Yaitu dengan lebih bijaksana untuk berpersepsi. Supaya tidak terjadi kesalahpahaman sosial yang bisa membuat kita dikucilkan oleh masyarakat.
Label:
Masruri Yusuf
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar